Kesyirikan Menjelang UN (Ujian Nasional) |
Agar Lulus UN, Sejumlah Sekolah Gelar Ritual Kesyirikan
Selanjutnya, dengan membawa pensil 2B dan penghapus yang akan dipakai
mengerjakan soal UN, para siswa mendekat ke seorang kyai bernama KH
Abdul Hakim. Satu per satu pensil mereka dirajah menggunakan tulisan
Arab.
Di sela-sela merajah pensil itu, para siswa terus melantunkan bacaan
surat-surat pendek. Sesudahnya, mereka juga diberi air minum botol yang
dianjurkan diminum sebelum berangkat ke sekolah.
Abdul Hakim sendiri percaya dengan doa dan belajar, para siswa akan
lulus dari UN ini. “Tahun kemarin juga ritual semacam ini. Alhamdulillah
hasilnya lulus semuanya,” kata Hakim, Sabtu (13/4/2013), pada Detik.
Wahyuningsih (17), salah satu siswi sekolah itu mengatakan, dia
berharap ritual ini bisa menenangkan dirinya saat menghadapi UN
nantinya. “Saya sudah belajar maksimal. Ini doa sekaligus ritual semoga
bisa menenangkan saya nanti,” ungkapnya.
Tidak hanya merajahi pensil, di Pasuruan sejumlah siswa melakukan ritual mandi kembang agar lulus Ujian Nasional. (http://news.fimadani.com)
Menjelang UN, Fenomena Kesyirikan Kembali Warnai Makam Gus Dur
Atau siapakah yang mengabulkan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya). (QS An-Naml : 62).
Fenomena keterpurukan rohani kembali mewarnai ranah pendidikan Indonesia. Tak heran jika hasil didikan bangsa ini banyak yang menjadi “KORUPTOR” bahkan ada yang sampai menjadi “DUKUN”, karena bangsa ini seakan sudah tidak lagi memperhatikan nilai-nilai spiritual kejiawaan sampai menjatuhkan haq-haq Allah –Subhanahu wa Ta’ala-.
Bagaimana tidak ! Akhir pekan kemarin, sabtu (14/4/2012) Makam mantan presiden KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur kembali dijejali pelajar. Mereka datang sembari berdoa.
Para pelajar yang datang dari berbagai kota itu, ingin memiliki kesiapan mental saat mengerjakan Ujian Nasional (UN).
Ini menjadi tren di hampir setiap sekolah diberbagai kota di Indonesia, yang melakukann kunjungan ke makam ulama, tokoh, yang dianggap keramat.
Parahnya, mereka bukan hanya berdoa, tetapi mereka mengharapkan doa dari para ulama dan tokoh yang sudah meninggal.
Teuku Azwani, selaku pengurus Ponpes Tebuireng Jombang, mengatakan, peziarah di makan Gus Dur didominasi kalangan pelajar sejak sepekan terakhir kemarin. Mereka datang berombongan ditemani gurunya.
Begitu sampai di lokasi makam, para pelajar ini duduk bersimpuh sembari membaca surat Yasin dan Tahlil. Tak jarang mereka meneteskan air mata. Usai berdoa dan memohon, mereka kembali ke sekolah masing-masing secara berombongan ditemani guru-guru mereka.
Ayu Safitri, pelajar dari MAN Jombang menuturkan, kedatangannya ke makam Gus Dur hanya untuk bermunajat dan memohon doa. Harapannya, ia dan teman-temannya bisa lulus dalam UN yang digelar (hari ini) 16-19 April. “Semoga diberi kemudahan dalam mengerjakan ujian,” kata Safitri usai mengikuti doa bersama di makam Gus Dur Tebuireng.
“Ke makam Gus Dur ini hanya salah satu dari ikhtiar. Selain itu kami juga tetap belajar,” kata pelajar berjilbab ini.
Bahkan, sebelumnya, banyak penziarah yang datang ke makam Gus Dur, yang mengambil tanah yang ada di atas makam Gus Dur, yang dianggap dapat memberikan berkah, dan digunakan jimat. Sehingga, hal ini menjadi kepercayaan sendiri, dikalangan penduduk, yang ada di sekitar Jombang, bahkan sampai kota Kediri dan kota Jawa Timur lainnya. –Allahumma Ighfir Lahum-
Tapi mengapa mereka harus ke makam? Mengapa harus berdoa di makam? Apakah hal ini telah di contohkan oleh Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi wa sallam-? Tidakkah Mereka memperhatikan rambu-rambu yang telah Allah –Subhanahu wa Ta’ala- gariskan ?. (Admin-HASMI/vo). (sumber: http://www.hasmi.org)