Reward Dan Punishment Yang Tepat Untuk Anak Balita (bagian 2-tamat)

Lihat tulisan sebelumnya,

Reward Dan Punishment Yang Tepat Untuk Anak Balita (bagian 1)

---

Bismillahirrahmanirrahiim

Pada artikel yang pertama kita telah membahas bahwa bentuk reward yang dapat diberikan kepada anak usia balita tidak harus berupa materi, namun bisa berupa sentuhan psikologis (kasih sayang/afeksi). Sekarang kita akan melanjutkan bahasan reward dan punishment ini. Kita lanjutkan dengan membahas tips-tips memberi reward kepada anak, yaitu :

1. Tidak harus selalu berupa barang atau uang (materi)

2. Berikan yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan anak.

3. Reward hanya diberikan untuk perilaku istimewa (prestasi) tidak untuk semua perilaku.
4. Reward disesuaikan dengan usaha dan jangka waktu.

5. Reward bukan sebagai pengalihan rasa bersalah orang tua ketika orang tua berbuat salah kepada anaknya.

6. Reward segera diberikan segera setelah perilaku baik muncul dan tidak mesti berupa barang. Bisa berupa pujian dsb.

Sekarang, kita akan membahas tentang punishment. Kita telah mengetahui bhawa punishment adalah konsekuensi logis dari pelanggaran aturan atau kesepakatan. Tujuan diberikannya punishment adalah agar anak belajar bertanggung jawab dan selalu berfikir sebelum berbuat.

Berikut adalah tips dalam memberikan punishment, yaitu :

1. Diberikan langsung dan segera setelah perilaku yang buruk muncul

2. Harus dapat memotivasi anak untuk melakukan perilaku yang baik atau melakukan perbaikkan

3. Dijelaskan kenapa diberikan hukuman. Penjelasan ini penting agar anak mengerti bahwa orang tua tidak bertindak sewenang-wenang. Sehingga meski Ia mendapat hukuman, dikemudian hari tidak akan muncul perilaku suka menghukum orang lain dengan serampangan.

4. Tidak membuat anak malu atau menjadi hilang kepercayaan dirinya

5. Hati-hati dalam memilih kata-kata ketika memberikan hukuman sehingga tidak melukainya secara psikis

6. Hukuman untuk balita cukup membuat anak merasa tidak nyaman, bukan membuat anak merasa tersakiti hal ini penting agar tidak memunculkan kemarahan anak.

Salah satu cara penerapan punishment kepada anak adalah dengan memberi tugas lebih kepada dia. Contohnya jika kita sudah membuat kesepakatan dengan anak bahwa dia tidak boleh pipis di sembarang tempat dan anak melakukan pelanggaran (mengompol), maka kita bisa memberikan punishment kepada dia berupa tugas untuk membantu ibunya mengeringkan lantai.

Jadi Ibu membersihkan anak tersebut sehingga tidak ada lagi najis, lalu mengepel lantai dengan lap pel basah kemudian untuk mengeringkan lantai yang basah anak juga diberikan porsi untuk mengeringkan. Jadi kegiatan mengeringkan lantai dilakukan bersama-sama antara ibu dan anak.

Harus dicatat tujuan utamanya bukan untuk membuat anak tersebut mampu mengeringkan lantai, namun membuat anak mengerti bahwa ada tanggung jawab yang harus ditunaikan sebagai konsekuensi pelanggaran terhadap aturan/kesepakatan.

Jadi Ibu tidak boleh menghukum (kembali) anak jika lantai yang dia keringkan tidak sekering hasil pekerjaan kita. Jika dia telah berusaha memenuhi kewajibannya, namun masih belum sempurna maka kita bantu. Ingat, kita bukan sedang berhadapan dengan manusia dewasa tapi anak usia balita.

Sumber:

http://www.ansharulislam.com/baity-jannaty/reward-dan-punishment-yang-tepat-untuk-anak-balita-bagian-2-tamat/