Home » » Itsar (Mendahulukan Kepentingan Orang Lain daripada Kepentingan Pribadi)

Itsar (Mendahulukan Kepentingan Orang Lain daripada Kepentingan Pribadi)

Tolong_Menolong
bighildan.wordpress.com

Kalimat indah dan sudah tidak asing lagi ditelinga kita,  Mendahulukan Kepentingan Orang Lain daripada Kepentingan Pribadi, prinsip ini telah diajarkan mulai dari SD, SMP, SMA hingga ke perguruan tinggi. Namun ternyata prinsip tersebut sudah dijelaskan lebih dahulu dalam agama islam, islam mengenalnya dengan istilah Itsar (Mendahulukan Kepentingan Orang Lain daripada Kepentingan Pribadi). Betapa indah dan sempurnanya islam, semua perkara telah dijelaskan didalamnya dari hal yang sepele hingga yang agung. 

Dalam islam prinsip ini telah dirinci termasuk penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, jadi prinsip diatas tidak bisa secara serampangan diterapkan, ada aturan-aturan yang mesti diperhatikan. Sifat ini (Itsar) termasuk akhlak mulia yang sudah mulai hilang di masa kita sekarang ini,  Padahal akhlak mulia ini adalah puncak tertinggi dari ukhuwah islamiyah dan merupakan hal yang sangat dicintai oleh Allah Ta’ala dan juga dicintai oleh setiap makhluk. 

Jenis-jenis Itsar dan Hukumnya 

Pertama: Yang terlarang 
Yaitu engkau mengutamakan selainmu dalam perkara wajib. Seperti ini tidak dibolehkan.

Misalnya: 
Jika kamu mempunyai air yang cukup untuk wudhu seorang saja, dan engkau tidak dalam keadaan telah berwudhu. Dan di sana ada temanmu yang juga belum berwudhu, sedangkan air itu adalah milikmu. Entah temanmu yang berwudhu dengan air sedangkan engkau bertayammum, atau engkau berwudhu sedangkan temanmu bertayammum. Dalam keadaan ini engkau tidak boleh memberikan air kepadanya sedangkan engkau bertayammum, karena engkau yang memperoleh dan memiliki air itu. Dan tidak boleh berpindah dari wudhu dengan air kepada tayammum kecuali bagi orang yang tidak punya air. 

Mengutamakan orang lain dalam perkara wajib seperti ini adalah haram, tidak dibolehkan karena hal itu akan menyebabkan pengguguran kewajiban atasmu. 

Kedua: Yang makruh (atau mubah menurut sebagian ulama) 
Yaitu mengutamakan orang lain dalam perkara-perkara yang hukumnya mustahab (sunnah). Sebagian ulama telah memakruhkannya, sebagian lagi membolehkannya. Namun meninggalkannya adalah lebih utama tanpa diragukan lagi jika terdapat maslahat. 

Misalnya: 
Engkau mengutamakan orang selainmu dalam shaf pertama yang kamu sudah berada di sana. Misalnya engkau berada di shaf pertama dalam shalat. Kemudian seseorang masuk kemudian engkau pindah dari tempatmu dan memberikan tempatmu padanya. Sebagian ulama memakruhkan hal ini. Mereka mengatakan, “Ini adalah bukti bahwa seseorang membenci kebaikan. Sedangkan membenci kebaikan adalah makruh, karena bagaimana engkau mendahulukan selainmu ke tempat yang utama, padahal engkau lebih berhak dengannya daripada dia?” 

Sebagian ulama mengatakan, “Meninggalkan perbuatan itu lebih utama jika terdapat maslahat. Seperti  misalnya, kalau bapakmu (yang datang) dan engkau kawatir dalam hatinya terjadi sesuatu atasmu, kemudian engkau mendahulukan dia di tempatmu yang utama. Maka ini tidaklah mengapa” 

Ketiga : Yang mubah dan kadang menjadi mustahab (sunnah) 
Yaitu bila engkau mengutamakan selainmu dalam perkara selain ibadah, yaitu engkau mendahulukan dia atas dirimu dalam perkara selain perkara ibadah. 

Misalnya: 
Engkau mempunyai makanan sedangkan engkau lapar, kemudian temanmu juga lapar seperti kamu. Dalam keadaan ini jika engkau mendahulukan dia, maka engkau terpuji atas pengutamaan ini, karena firman Allah Ta’ala ketika menyebutkan keutamaan kaum Anshor, “Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.” (QS. Al-Hasyr : 9) 

Sisi sikap mereka mendahulukan yang lain daripada diri mereka sendiri bahwa orang-orang Muhajirin ketika datang ke Madinah, orang-orang Anshar menyambut mereka dengan pemuliaan dan penghormatan dan mendahulukan mereka dalam harta benda, sampai sebagian mereka berkata kepada saudaranya orang Muhajirin, “Jika engkau ingin aku mengalah dari salah satu istriku untukmu, aku akan menceraikannya lalu kuberikan padamu.” Maksudnya dia mentalaqnya kemudian orang Muhajirin itu menikahi bekas istrinya setelah habis masa iddahnya. Dan ini termasuk sikap pemuliaan mereka radhiyallahu ‘anhum yang mendahulukan saudara-saudara orang Muhajirin dari diri mereka sendiri. 

Dan Allah Ta’ala berfirman,
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا
 “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan tawanan.” (QS. Al-Insan : 8) 
Maksudnya, mereka memberi makan orang miskin, anak yatim dan tawanan padahal mereka menyukainya. Mereka meninggalkan diri-diri mereka. Dan ini juga termasuk mengutamakan orang lain”


Sumber:
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Rohis Facebook

+ Create Comment + 37 Responses so far.

4 Maret 2014 pukul 23.50


MasyaAllah... ternyata Islam sudah mengajarkan sejak lama, tetapi baru tahu nih, ternyata sikap itu (Itsar) ada beberapa macamnya...
thanks... infonya bermanfaat..

5 Maret 2014 pukul 10.17

ternyata ada penjabaran yang jelas sekali ya :)

5 Maret 2014 pukul 10.59

Sangat bermanfaat sob

5 Maret 2014 pukul 22.33

Ringan tangan untuk kebaikan, jangan mengharapkan imbalan di dunia insyaalah kita akan mengunduh imbalan yang lebih kelak di akhirat...amiin

5 Maret 2014 pukul 22.54

Itulah sebabnya Islam disebut Agama yang paling diridhoi,segala macam hukum sudah dituliskan disana,begitupun etika sopan santun,akhlakul karimah semua sudah tertulis,seperti halnya perintah mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan dirinya sendiri,subhanalloh,nice pos mas Rohis

5 Maret 2014 pukul 23.16

Terimakasih untuk pencerahannya mas, sangat bermanfaat sebagai pengingat buat kita semua.

6 Maret 2014 pukul 08.18

kalau dalam kasus yang kedua mungkin paling sering kita temukan ya mas...orang2 yang mempersilahkan bahkan menyuruh orang lain untuk mengiissi shaf paling depan padahal dia mempunyai kesempatan...sungguh sangat disayangkan ya dia melewatkan pahala tersebut begitu saja, padahal untuk memperoleh pahala tersebut dia hanya tinggal melangkah beberapa langkah saja.

rasanya sudah lama saya tidak mampir kesini hehe...kok postingannya tidak muncul diberanda blog saya ya mas ??

6 Maret 2014 pukul 08.32

@Jery Yanuarlansoal shaf iya pak itu salah satu contohx,

dr bbrp org yg prnh belajar di Madinah yg sy dengar katax disana untuk mendapatkan shaf pertama org saling berebutan, beda disini indonesia, malu2... *smile

6 Maret 2014 pukul 09.21

Terimakasih atas pencerahanya mas rohis..
Oya tampilan versi mobilenya di ganti saja mas.. Soalnya text sama background nya sama. Jadi nggak kelihatan deh..

6 Maret 2014 pukul 10.29

@Mas Nadysama2..

lho kok bisa, pdhal tampilan mobile-nya gk sy aktifkan? *smile

6 Maret 2014 pukul 11.16

alhamdulillah dapt ilmu bru...trimakasih ya :)

6 Maret 2014 pukul 19.17

naamun sekarang jarang ya ada orang yang mendahulukan kepentingan orang lain :(

7 Maret 2014 pukul 13.21

Kalo sekarang jamannya wani piro he....
sopo sing wani, dialah yang didahuluka he... (modus)

7 Maret 2014 pukul 13.56

Itsar dikota besar sudah sangat langka Kang.
Terimakasih atas pencerahan seputar Itsar menurut Islam Kang, Salam

8 Maret 2014 pukul 15.00

Adab Islam memang sangat baik sangat sempurna bahkan.. kunjungi balik kakak blog kami :) mentaripagibogor.blogspot.com

8 Maret 2014 pukul 23.53

alhamdulillah...dapat pencerahan lagi di sini, memang benar sohib...mengutamakan diri terutama dalam ibadah adalah hal yang dianjurkan oleh Islam..sesungguhnya islam it memang indah, namun itsar di zaman kini sudah mulai terabaikan...hingga banyak yang lebih mengutamakan dirinya ketimbang mengutamakan masyarakat banyak...sehingga bermunculanlah di negeri ini orang2 yg berjiwa korup....salam :-)

9 Maret 2014 pukul 12.14

Terimakasih... saya jadi mana yang lebih dahulu diutamakan

10 Maret 2014 pukul 17.20

Selamat sore Mas Rohis. lama saya tak berkunjung di Blog Mas Rohis ini
Maaf hari ini baru sempat. Mendahulukan kepentingan orang lain berarti lebih
Mulia dari pada kepentingan diri pribadi yah Mas? tapi dalam arti kata
Diri kita dan Keluarga adalh tanggung jawab, sebagai kita Imamnya yah Mas
Terima kasih atas artikelnya. sangat memotivasi sekali buat saya. *salam santun dari saya. Karrysta :)

12 Maret 2014 pukul 06.31

Dapat lagi nih ilmu baru, memang ini juga sering terjadi di kehidupan sehari-hari, seperti kehidupan mahasiswa, kadang itsar yang tidak sesuai aqidah atau bisa dibilang "terlalu baik" ini juga sering dilakukan beberapa orang yg memiliki perasaan "nggak enak", dan malah kebanyakan dapet mudarat-nya... BTW udah lama gk berkunjung ke sini nih, hehehe... Gimana kabar akh??

12 Maret 2014 pukul 18.07

@Fahri Samudrabenar banget sob! , terkadang itsar terlarang yg kita terapkan dgn alasan 'gk enak'..


Alhamdulillah kabar baik, smg Fahri pun demikian...

lama nian gk muncul :)

13 Maret 2014 pukul 04.36

Mendahulukan orang lain daripada diri sendiri...jadi teringat kisah 3 sahabat di Perang Yarmuk...

13 Maret 2014 pukul 05.59

Selamat Pagi..... Izin mampir di blog ini...
Seperti biasa kunjungan rutin...

13 Maret 2014 pukul 06.39

@Rohis FacebookHehhe... Kesibukan kuliah memang menyita sebagian besar waktu ane, untungnya gelombang tugas sudah agak mereda saat-saat ini, sekarang saatnya untuk ane menyebarkan kebahagiaan lewat blog, hehehe

13 Maret 2014 pukul 07.47

@Fahri Samudracie..cie.., bahasanya pake 'gelombang', emangnya laut hehe...

13 Maret 2014 pukul 07.56

mungkin ini jug abisa disebut sebagai soleh sosial ya sob...

trims pencerahannya

13 Maret 2014 pukul 10.58

setiap kesini selalu dapat ilmu yg bermanfaat, mksh sob... :)
pa kabar?

13 Maret 2014 pukul 17.34

jujur sy baru tahu istilah ini

13 Maret 2014 pukul 18.22

@Muroi El-Barezyiya pak,

sama-sama...

13 Maret 2014 pukul 18.23

@Penghuni 60baik2.., Alhamdulillah.., smg sobat jg demikian.. *smile

13 Maret 2014 pukul 20.36

@ahmad rizal samsi sama saya juga baru tahu

14 Maret 2014 pukul 07.20

@Rohis Facebookbukan gan, lebih buruk lagi... Tsunami!!

15 Maret 2014 pukul 09.33

Sebuah pelajaran yang sangat berharga sobatku..
Terima kasih..
Maaf baru bisa hadirlagi Silaturahim ke sini Sobat..

15 Maret 2014 pukul 12.05

@Boku no Blogsama2 pak,
sy jg sdh 3 bulan gk blogwalking... *smile

15 Maret 2014 pukul 12.09

@Rohis FacebookTumben gk update sob?

15 Maret 2014 pukul 12.29

Indahnya hidup berislam..... syukron ya admin....

15 Maret 2014 pukul 13.24

bener juga tuh mas...

17 Maret 2014 pukul 09.33

memang benar..sob..!, pada haji perpisahan..Rasulullah shallalu 'alaihi wasallam, menyampaikan firmanNya, melalui ayat,,yg intinya bahwa agama islam tlah disempurnakan,..jd kita tidak perlu heran dgn kekomplitan di dalamnya,, hanya sj pnerapnnya yg masih jauh dr ajaran agama..!

Posting Komentar

Terima Kasih banyak atas saran dan kritiknya.

Sama seperti peraturan yang dibuat oleh para blogger pada umumnya.., cuma disini saya harapkan agar para pengunjung untuk lebih fokus pada artikel kami yang bertemakan Agama (Islam), khususnya untuk saudara-saudari kami yang Muslim dan Muslimah.

0. Yang OOT silahkan masuk ke menu Buku Tamu/Blogwalking!
1. Komentar yang berbau JUDI/TOGEL, Porno tidak akan di Moderasi!
2. Komentar yang berbau JUDI/TOGEL, Porno tidak akan di Moderasi!
3. Harus Sopan
4. Admin tidak meladeni Debat kusir
5. Bercanda gk boleh ada unsur pornonya dan unsur Bohongnya
6. Silahkan melampirkan link Mati, gk boleh link hidup