Home » » Di Muktamar III Ikatan Ulama Dunia, Ustadz Zaitun Rasmin Tegaskan Bahaya Syiah

Di Muktamar III Ikatan Ulama Dunia, Ustadz Zaitun Rasmin Tegaskan Bahaya Syiah


Muktamar III Ikatan Ulama Dunia yang diadakan di Istambul, Turki Jum’at, 20 Desember 2013 menghadiri beberapa pembicara diantara ketua Umum Wahdah Islamiyah ustadz Muhammad Zaitun Rasmin, Lc. MA. Muktamar ini juga dihadiri oleh 50 negara anggota rabithah dan undangan lainnya dari tokoh dan ulama sedunia.

Pada hari kedua, muktamar akan diisi dengan workshop strategi menghadapi tantangan global bagi kaum muslimin.

Tema kali ini yang diusung pada Muktamar III Ikatan Ulama Dunia adalah “sikap ummat dalam menghadapi tantangan dan ancaman kekinian” yang dibuka oleh wakil Rabithah Ulama Muslim syekh. DR. Abdurrahman Al Mahmud.

Selain sambutan pembuka dari syekh. DR. Abdurrahman Al Mahmud juga sambutan dari Syekh. Prof. DR. Nashir bin Sulaiman Al-Umar sekjen Rabithah dan Syekh Sydia Nawawy As-Syinqhity.

Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin, Lc. MA. selaku ketua Umum Wahdah Islamiyah juga merangkap Ketua Lembaga Tadabbur Al-Qur’an Indonesia dalam kesempatannya berbicara memberi penjelasan tentang perkembangan syiah di Asia, bahwa saat ini syi’ah rafidhah di Indonesia memanfaatkan iklim demokrasi yang cukup kondusif untuk memperluas gerakan mereka. Mereka mempengaruhi para tokoh dan pengurus lembaga pendidikan swasta serta menggulirkan program syi’ahisasi di tempat mereka masing-masing, ungkap beliau.

Dipaparkan kembali oleh Ustadz Muhammad Zaitun bahwa kinerja syi’ah di Asia terkhusus di Indonesia mulai terbuka/berani dan cukup maksimal ini terbukti dengan mereka (syi’ah) mendatangkan duta besar Iran ke Indonesia dan para ulama Iran lalu diajak berkunjung ke kampus-kampus. Tentu itu semua punya maksud agar pihak kampus bekerjasama di bidang pendidikan dan kebudayaan dengan republik Iran. 

Hingga dikenal program kerjasama pertukaran pelajar antara kampus dua negara (Iran-Indonesia). Program lainnya adalah pengiriman para pemuda Indonesia untuk belajar di perguruan Tinggi dan hauzah-hauzah (semacam pesantren di Indonesia) di Iran. Mereka juga mengajak masyarakat awam untuk mengikuti perayaan-perayaan jahiliyah yang mereka selenggarakaan. Selain itu mereka juga mendapatkan sambutan yang baik dari pihak kampus. Sambutan tersebut diwujudkan dalam bentuk pembukaan Iranian Corner di beberapa kampus.

Tidak terhenti sampai disitu syi’ah juga menyuplai buku-buku syi’ah dan referensi lain yang berkaitan dengan kebudayaan Iran. Ustadz zaitun menambahkan, “dalam aspek pendidikan, mereka berhasil mengutus para pemuda Indonesia untuk belajar di Universitas Qum dan beberapa hauzah di Iran”.

lanjut beliau lagi, Kegiatan-kegiatan syi’ah di Indonesia ternyata sangat-sangat disayangkan karena sebagian oknum yang dianggap ulama atau ditokohkan dan memiliki otoritas di tengah masyarakat mulai terpengaruh dengan syi’ah. Dengan alasan kebebasan berpikir dan berekspresi mereka mengatakan bahwa perbedaan anatara syi’ah dan ahlussunnah adalah perbedaan klasik yang telah ada sejak dulu seperti perebdaan antar madzhab-madzhab fiqh yang ada di tengah-tengah ummat.

Ustadz Muhammad Zaitun menutup presentasinya dengan mengajak ummat untuk bersungguh-sungguh meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi gerakan syi’ah dan juga beliau menekankan agar kaum muslimin memperkuat dan menyatukan barisan, khususnya dengan melihat fenomena perpecahan dan perselisihan yang terjadi antar sesama ahlussunnah di negeri ini.



Sumber:
http://wahdahmakassar.org (dengan editan)

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Rohis Facebook