Pada tanggal 26 September 2015, saya menemukan sebuah link artikel berjudul "Karpet Merah Perenggut Nyawa" yang di share oleh salah satu teman saya di fb. Setelah membacanya, saya melihat artikel ini sangat bagus dan membangun, tidak ada masalah bagi saya. Beberapa jam kemudian saya mendapatkan share artikel dari seorang teman fb yang pada intinya menuding Asma Nadia sebagai seorang syiah.
Tuduhan tersebut hingga sekarang masih berlanjut dan semakin menggurita dan mengerucut kepada suatu kesimpulan Asma Nadia sebagai seorang syiah. Saya pun berpikir apa yang salah dari tulisan beliau? Tidak ada yang salah, bahkan ending tulisan sangat baik sebagai bahan koreksi yang ditujukan bagi para pejabat di negara ini.
Saya tidak mengenal secara personal Asma Nadia, bertemu pun tidak pernah. Saya hanya mengenal beliau lewat karya-karyanya. Yah, saya penggemar tulisan beliau sejak masih SMA hingga sekarang, menurut saya tulisan beliau memberi inspirasi. Walaupun saya pernah kecewa terhadap kualitas dari serial TV Aisyah Putri yang diangkat dari novel beliau tapi itu tidak mengurangi kekaguman saya.,
Lantas bagaimana beliau bisa terjebak terhadap opini publik yang menuding beliau sebagai seorang syiah?
Menurut teori bodoh saya (karena saya bukan psikolog), hal itu dikarenakan Asma Nadia terjebak pada identifikasi sosial yang didasarkan pada stereotip. Kebanyakan masyarakat Indonesia mengidentifikasi diri suatu kelompok berdasarkan stereotip, saya sendiri pernah terjebak cara mengidentifikasi seperti itu.
Saat ini terbentuk stereotip:
Pengkritik Arab Saudi - - > syiah
Kenapa itu terjadi?
Kenapa itu terjadi?
Karena yang paling awal sekali menyerang Arab Saudi pasca musibah di Mina adalah Iran yang notabene mayoritas syiah, dan mereka konsisten menyerang dengan berbagai tuduhan yang dishare oleh banyak orang, dilansir berbagai media yang pada akhirnya terbukti hampir semuanya palsu. Maka terbentuklah stereotip bahwa semua yang mengkritik Arab Saudi adalah syiah.
Perseteruan ini ditunggangi pula oleh Jaringan Islam Liberal (JIL) yang memang selama ini terganggu oleh gerakan pemurnian tauhid yang identik dengan Arab Saudi. Dalam ilmu politik ada teori musuh dari musuh kita adalah teman. Untuk itu jadilah JIL mensupport setiap yang dilakukan para pentolan syiah. Bahkan dengan sengaja tokoh tokoh JIL membenturkan gerakan pemurnian tauhid sebagai wahabi yang dapat mengganggu corak Islam tradisional yang sudah ada di masyarakat Indonesia.
Kebetulan sekali pentolan JIL, syiah dan anti wahabi ini aktif dalam penguasa politik saat ini sehingga turut menyeret perseteruan dua kubu yang urusannya belum tuntas pasca pilpres. Akhirnya terseretlah pula orang orang yang tidak terlalu paham agama dan hanya peduli urusan perpolitikan ke dalam perseteruan tersebut. Maka bercampur aduklah keempat kelompok tadi sehingga mengaburkan identitas mereka aslinya sebagai syiah, JIL atau lainnya. Jadi kita kerap menuding sebagian dari mereka sebagai syiah, padahal sebagian dari mereka tidak tahu apa-apa dan hanyalah sebagai pendukung teman senasib dan seperjuangan selama masa pilpres.
Loh kok bisa? Gak percaya? Coba aja silahkan di survey Apakah ada kesamaan karakter kelompok yang saling mendukung atau berseberangan. Usul saya bang Denny JA mendingan bikin penelitian ini daripada bikin survey haji tanpa landasan teori yang jelas. Saya sendiri sudah melakukan survey kecil kecilan terhadap jenis postingan setiap pengguna fb yang melintas di time line saya. Saya menemukan ada hubungan antara pilihan saat pilpres dengan dukung mendukung suatu topik terkini.
Memang sih tidak semua anggota masing-masing kelompok seperti itu. Bagi yang berpikir biasanya lebih banyak diam dan menahan diri, bagi yang berpikir tapi ingin eksis (pasti sebagian ada yang berpikir seperti itu tentang saya) yah akan terus mempertahankan pendapat nya. Bagi yang berseberangan dengan keluarga, rekan kerja dan teman baik biasanya juga akan menahan diri.
Nah, disitulah Asma Nadia terjebak dalam vonis stereotip dua kelompok. Padahal sebenarnya sederhana saja untuk mengidentifikasi masuk kelompok manakah seseorang tersebut.
Silahkan diperiksa konsistensi orang tersebut dengan melihat track record nya, karyanya, update an status nya. DARI SITU SAYA YAKIN BAHWA ASMA NADIA ADALAH SEORANG AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH.
Kok saya sok tahu?
Saya memang bukan ahli agama bahkan baru mau belajar agama. Pelajari saja ciri ciri seorang syiah. Yang paling sederhana bila postingan nya selalu lebih mengutamakan atau memuliakan sahabat, sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib ra dan mengganti sebutannya menjadi Imam Ali bin Abi Thalib as. Sisanya? Silahkan pelajari sendiri.
Lah, saya aja berpegang pada stereotip dan selalu menuduh syiah sebagai biang kerok musibah di Mina? Maaf saya tidak pernah menuduh syiah sebagai biang kerok musibah di Mina, saya hanya menuding bahwa dalang fitnah terhadap Arab Saudi adalah syiah. Karena saya menyaksikan sendiri time line saya dipenuhi fitnah keji terhadap Arab Saudi yang dilakukan oleh pihak pihak yang secara konsisten memang terindikasi syiah atau setidaknya supporter syiah.
Kok mau sih belain Asma Nadia? Ya iyalah karena saya tidak mau kehilangan Asma Nadia dalam barisan Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Bagi saya beliau itu aset berharga yang patut dijaga. Masih ingatkah teori orang yang sedang dimusuhi oleh musuh kita adalah teman kita. Jangan sampai ada pihak pihak dari syiah, JIL ataupun musuh Islam lainnya yang mendekati beliau secara halus, lalu kemudian beliau merasa jadi bagian kelompok tersebut dan mulai mengidentifikasikan diri sebagian bagian dari kelompok itu. Sudah banyak yang menjadi seperti itu tidak hanya teman, tapi tokoh agama dan tokoh terkenal lainnya yang berubah haluan.
Tapi kan Asma Nadia sudah mengkritik Arab Saudi.. Tuh kan mulai terjebak stereotip lagi.
Saya sendiri juga akan mengkritik beberapa bagian pendukung pelaksanaan haji. Seperti masih belum tersedianya fasilitas yang cukup dan ramah bagi penyandang cacat dan lansia, kurang ketatnya peraturan larangan merokok serta pelaksanaannya. Kurangnya tempat pembuangan sampah di beberapa lokasi ibadah seperti di Arafah, Mina dan jalur pelontaran jumrah. Terakhir petugas haji Arab Saudi juga minimal harus dapat berbahasa Inggris pasif, dan papan petunjuk menggunakan berbagai bahasa. Yah walaupun tidak mudah mengurus jumlah jamaah yang jumlahnya jutaan.
Maka dari itu silahkan melakukan identifikasi diri kita masing-masing berada di barisan yang mana. Silahkan berdiri tentunya dengan proses berpikir yang matang.
Kalo saya?
Saya tetap berada disini, pada barisan yang saya yakini dengan landasan yang jelas dan tentunya dengan cara berpikir yang sudah diajarkan dalam agama.
Sumber:
Posting Komentar
Terima Kasih banyak atas saran dan kritiknya.
Sama seperti peraturan yang dibuat oleh para blogger pada umumnya.., cuma disini saya harapkan agar para pengunjung untuk lebih fokus pada artikel kami yang bertemakan Agama (Islam), khususnya untuk saudara-saudari kami yang Muslim dan Muslimah.
0. Yang OOT silahkan masuk ke menu Buku Tamu/Blogwalking!
1. Komentar yang berbau JUDI/TOGEL, Porno tidak akan di Moderasi!
2. Komentar yang berbau JUDI/TOGEL, Porno tidak akan di Moderasi!
3. Harus Sopan
4. Admin tidak meladeni Debat kusir
5. Bercanda gk boleh ada unsur pornonya dan unsur Bohongnya
6. Silahkan melampirkan link Mati, gk boleh link hidup