Kemerdekaan Sejati dimata Muslim

Manusia diciptakan oleh Allah Ta’ala tentu ada tujuannya, karena ada tujuannya maka tentu ada cara agar tujuan penciptaan tersebut bisa tercapai.

Tujuan penciptaan manusia bisa diketahui dari ayat dibawah ini,

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56)

Jadi tujuan penciptaan manusia itu tidak lain hanya beribadah kepada Allah semata, sedangkan cara agar tujuan penciptaan itu terealisasi adalah dengan mengetahui apa itu definisi ibadah.

Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. (Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas)

Dari definisi ibadah diatas maka cara untuk mencapai tujuan penciptaan manusia adalah dengan mengerjakan semua perintah Allah (shalat, puasa, zakat dst) dan menjauhi semua larangan Allah (zina, khamr, judi, dzholim dst).

Selama hayat masih dikandung badan maka perintah ibadah wajib dikerjakan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ ، وَجَنَّةُ الكَافِرِ

“Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir” (HR. Muslim)

Berangkat dari hadits diatas kita menyimpulkan bahwa selama seorang muslim masih hidup didunia maka hakikatnya belum merdeka (baca:bebas), kita masih terikat oleh aturan-aturan syariat (agama). Aturan dimana mencakup hal halal dan haram. Kita tidak bisa merdeka menuruti hawa nafsu kita, mulai dari urusan ibadah hingga urusan dunia.

Semua tindak tinduk kita dunia diawasi oleh malaikat Allah, dicatat dan akan diganjar dihari pembalasan kelak.

Kemerdekaan Sejati itu ketika manusia tidak lagi diwajibkan beribadah, seperti shalat, puasa, zakat haji dan seterusnya.

Kemerdekaan Sejati itu ketika manusia menikmati nikmat pahala dari ibadah yang dikerjakanya selama didunia.

Kemerdekaan Sejati itu ketika kaki melangkah masuk surga.

Semoga yang singkat ini bisa menjadi renungan. (Abu Najih)