Alhamdulillah Allah ar Rahman ar Rahim masih memberi kita semua kesempatan untuk bertemu dengan bulan Ramadhan.
Tidak ada yang bisa menjamin kalau Ramadhan ditahun yang akan datang (2016-dst) kita masih sempat bersua kembali dengan Ramadhan.
Bukankah kita semua sepakat bahwa kematian itu bisa datang kapan saja, dimana saja dan dengan cara apa pun, semua itu Allah lah yang menakdirkan.
Karena sebab ketidaktahuan kita akan ajal itu lah maka Anggaplah Ramadhan tahun ini (2015) adalah Ramadhan terakhirmu.
Karena sebab ketidaktahuan kita akan ajal itu lah maka Anggaplah Ramadhan tahun ini (2015) adalah Ramadhan terakhirmu.
Layaknya orang yang hendak berpergian jauh tentunya bekal akan dipersiapkan, maka marilah perbanyak amalan/ibadah dibulan Ramadhan tahun ini untuk bekal kita semua setelah kematian.
Bersyukur dengan perbanyak Ibadah.
Bukan syukur yang sebenarnya jika hanya sekedar berucap 'Alhamdulillah', karena perlu ada pembuktian dari ucapan 'Alhamdulillah' tersebut.
Tentunya kita bersyukur karena Allah masih berkenan mempertemukan dengan bulan Ramadhan dan sebagaimana tanda syukur kita kepada Allah adalah dengan banyak beribadah.
Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw, disebutkan dalam shahih Bukhari dan Muslim bahwa Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bangun shalat malam hingga kedua kaki beliau bengkak.
Lalu istri beliau, yaitu ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bertanya, ”Mengapa Anda melakukan ini, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosa Anda yang dulu maupun yang akan datang?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallammenjawab:
Tidak pantaskah jika aku menjadi hamba yang bersyukur?” (HR. Bukhari dan Muslim)
Wujud syukur Rasulullah dari Jaminan Allah bahwa beliau telah dijamin masuk surga adalah dengan banyak beribadah disaat malam (shalat malam).
Wujud syukur kita karena telah dipertemukan dengan bulan ramadhan adalah dengan bersemangat ibadah dibulan ramadhan.
Harus Mengetahui Keutamaan Bulan Ramadhan
Dengan mengetahui keutamaan bulan Ramadhan insya Allah kita termotivasi untuk memperbanyak ibadah.
Sebaliknya, jika kita tidak tahu akan keutamaan bulan Ramadhan tentunya Ramadhan itu akan dianggap sama saja dengan bulan-bulan diluar bulan ramadhan.
Ibarat kerja yang akan kita dikerjakan, tentunya akan lebih semangat jika diiming-iming dengan gaji yang dilipat gandakan.
Salah satu keutamaan bulan Ramadhan adalah ibadah yang kita kerjakan akan dilipatgandakan nilai pahalanya hingga 70 kali.
Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang mendekatkan diri kpd Allah dengan perbuatan baik (sunnah/mandub) pada bulan Ramadhan, (ia diganjar pahala) sama seperti menunaikan suatu kewajiban (fardlu) pada bulan yang lain. Siapa saja yang menunaikan kewajiban (fardlu) di bulan Ramadlan , (ia diganjar pahala) sama den..gan orang yang mengerjakannya 70 kali kewajiban tersebut di bulan yang lain”. (HR. Ibnu Khuzaimah)
Bahkan pahala yang dikerjakan dibulan Ramadhan akan dilipatgandakan hingga 700 kali lipat bahkan bisa lebih dari itu, wallahu a'lam.
Disebut dalam sabda Rasulullah saw: “Segala amal kebajikan anak Adam dilipatgandakan pahalanya dengan 10 hingga 700 kali lipat. Allah berfirman: ‘kecuali puasa, puasa itu untukKu dan Aku (sendiri) yang akan mem- berikan pahala kepadanya. Dia telah mening- galkan syahwat dan makan minum lantaran Aku’…” (HR. Muslim).
Misalnya keutamaan membaca al Quran, Rasulullah saw bersabda:
“Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan “alif lam mim” satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf” (HR. Tirmidzi)
Coba dihubungkan hadits (HR. Ibnu Khuzaimah), (HR. Muslim) dan hadits keutamaam membaca Al Quran (HR. Tirmidzi), masyaAllah betapa besar pahalanya, tentu nilai pastinya hanya Allah yang tahu.
Harus tahu apa itu lailatul Qadar dan keutamannya.
Lailatul Qadar masih salah satu dari keutamaan bulan Ramadhan.
Apa itu Lailatul Qadar
Lailatul Qadar dapat juga kita artikan sebagai malam pelimpahan keutamaan yang dijanjikan oleh Allah kepada umat islam yang berkehendak untuk mendapatkan bagian dari pelimpahan keutamaan itu. Keutamaan ini berdasarkan nilai Lailatul Qadar sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Selain itu, kata Qadar sesuai dengan penggunaannya dalam ayat-ayat Al Qur’an dapat memiliki tiga arti yakni:
Selain itu, kata Qadar sesuai dengan penggunaannya dalam ayat-ayat Al Qur’an dapat memiliki tiga arti yakni:
1. Penetapan dan pengaturan.
Lailatul Qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Penggunaan Qadar sebagai ketetapan dapat dijumpai pada surat Ad-Dukhan ayat 3-5.
2. Kemuliaan.
2. Kemuliaan.
Malam tersebut adalah malam mulia tiada bandingnya. Ia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya al-Qur’an langsung dari Allah SWT secara keseluruhan baitul izzah (semacam ruang ilahiyah), yang kemudian dibawa jibril secara berangsur kepada Rasulullah SAW. Penggunaan Qadar yang merujuk pada kemuliaan dapat dijumpai pada surat Al-An’am (6): 91.
3. Sempit.
3. Sempit.
Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surat Al-Qadr. Penggunaan Qadar untuk melambangkan kesempitan dapat dijumpai pada surat Ar-Ra’d ayat 26.
Keutamaan Lailatul Qadar
Keutamaan Lailatul Qadar
Dosa setiap orang yang menghidupkan malam ‘Lailatul Qadar’ akan diampuni oleh Allah
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِه
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 1901)
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan bahwa yang dimaksud ‘iimaanan’ (karena iman) adalah membenarkan janji Allah yaitu pahala yang diberikan (bagi orang yang menghidupkan malam tersebut). Sedangkan ‘ihtisaaban’ bermakna mengharap pahala (dari sisi Allah), bukan karena mengharap lainnya yaitu contohnya berbuat riya’. (Lihat Fathul Bari, 4: 251)
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan bahwa yang dimaksud ‘iimaanan’ (karena iman) adalah membenarkan janji Allah yaitu pahala yang diberikan (bagi orang yang menghidupkan malam tersebut). Sedangkan ‘ihtisaaban’ bermakna mengharap pahala (dari sisi Allah), bukan karena mengharap lainnya yaitu contohnya berbuat riya’. (Lihat Fathul Bari, 4: 251)
Semoga bermanfaat.
Referensi:
Rumaysho.com
Muslim.or.id
arrahmah.com
Islampos.com
alhusna354.wordpress.com
alhusna354.wordpress.com
Posting Komentar
Terima Kasih banyak atas saran dan kritiknya.
Sama seperti peraturan yang dibuat oleh para blogger pada umumnya.., cuma disini saya harapkan agar para pengunjung untuk lebih fokus pada artikel kami yang bertemakan Agama (Islam), khususnya untuk saudara-saudari kami yang Muslim dan Muslimah.
0. Yang OOT silahkan masuk ke menu Buku Tamu/Blogwalking!
1. Komentar yang berbau JUDI/TOGEL, Porno tidak akan di Moderasi!
2. Komentar yang berbau JUDI/TOGEL, Porno tidak akan di Moderasi!
3. Harus Sopan
4. Admin tidak meladeni Debat kusir
5. Bercanda gk boleh ada unsur pornonya dan unsur Bohongnya
6. Silahkan melampirkan link Mati, gk boleh link hidup