Masih hangat dibenak kita kejadian meletusnya gunung kelud, yang menyisakan duka yang mendalam bagi para korban dan masih hangat pula dalam ingatan kita dampak apa saja yang ditimbulkan dari Abu Vulkanik gunung kelud, mulai dari mengganggu kesehatan sampai mengganggung keberangkatan pesawat terbang.
Debu Abu vulkanik lebih halus dari tepung
Abu vulkanik yang bertebaran usai letusan gunung api Kelud bisa mengganggu aktivitas warga maupun tertundanya keberangkatan pesawat terbang. Abu vulkanik ini terdiri dari batuan berukuran besar hingga yang berukuran kecil atau halus.
Wikipedia menerangkan, abu vulkanik memiliki ukuran diameter kurang dari 2mm (0,079 inci), dihasilkan selama letusan magma yang memproduksi piroklastik (bebatuan vulkanik) yang berbeda-beda, tergantung pada proses erupsi. Beberapa jenis mineral muncul pada Abu Vulkanik, bergantung pada kandungan kimia dari magma gunung api yang meletus.
Unsur yang di Kandung Abu vulkanik
Unsur yang paling berlimpah dalam magma adalah silika (SiO2) dan oksigen. Letusan erupsi rendah dari basal (batuan beku) memproduksi karakteristk abu berwarna gelap yang mengandung 45-55 persen silika yang kaya akan zat besi (Fe) dan magnesium (Mg).
Gas-gas utama dilepaskan selama aktivitas gunung api adalah air, karbon dioksida, sulfur dioksida, hidrogen, hidrogen sulfida, karbon monoksida dan hidrogen klorida. Kandungan belerang dan gas halogen serta logam ini dihapus dari atmosfer oleh proses reaksi kimia.
Bahaya Abu vulkanik
Abu yang halus ini berbahaya, karena bentuknya yang kecil tidak terlalu dapat terlihat oleh mata. Sehingga, dapat terhirup dan bisa menyebabkan radang paru-paru.
Pakar kesehatan dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Ari Fahrial Syam meminta masyarakat yang berada di sekitar Gunung Kelud (1.730 mdpl) untuk mewaspadai paparan abu vulkanik.
"Abu vulkanik sangat berbahaya jika terpapar langsung dengan manusia," ujar dr Ari di Jakarta, Jumat (14/2).
Abu vulkanik jika terpapar langsung dengan kulit bisa menyebabkan iritasi. Kemudian, jika kontak langsung dengan mata bisa menyebabkan radang pada mata. "Abu vulkanik juga berbahaya bagi pernapasan, bisa menyebabkan hidung alergi, bersin-bersin, batuk, bahkan sesak napas," jelas dokter yang juga menjabat sebagai Ketua PAPDI Jakarta Raya itu.
Bahkan bagi yang sensitif seperti mengidap asma jika terpapar langsung dengan abu vulkanik bisa menyebabkan kambuh. Juga menyebabkan alergi. Oleh karena itu, dia mengharapkan warga sekitar untuk menghindari kontak langsung dengan abu vulkanik. "Bisa dengan menggunakan kacamata, masker, baju lengan panjang bahkan menggunakan krim kulit agar tidak terpapar langsung dengan abu vulkanik."
Belajar dari pengalaman letusan Gunung Merapi pada 2010 lalu, Ari menyarankan agar warga menghindari semburan awan panas yang apabila terhirup bisa menyebabkan kematian.
Meskipun menimbulkan polusi udara, abu vulkanik ini bisa dijadikan sebagai pupuk tanaman. Seperti yang dilakukan sebagian petani di Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul, DIY. Tidak hanya itu, unsur silika dan alumunia memungkinkan abu vulkanik sebagai bahan pozolan, pengganti semen untuk bahan bangunan.
Sumber:
http://nasional.kompas.com
http://techno.okezone.com
http://techno.okezone.com
http://www.republika.co.id