Buka Puasa Yang Benar dan Yang Salah |
Doa berbuka yang benar:
ذَهَبَ الظَّمَـأُ، وابْــتَلَّتِ العُرُوقُ، وثَــبَتَ الأَجْرُ إِن شَاءَ اللهُ
Dzahaba-zh Zama’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu wa Tsabata-l Ajru, Insyaa Allah
ذَهَبَ الظَّمَـأُ، وابْــتَلَّتِ العُرُوقُ، وثَــبَتَ الأَجْرُ إِن شَاءَ اللهُ
Dzahaba-zh Zama’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu wa Tsabata-l Ajru, Insyaa Allah
“Telah hilang dahaga, urat-urat telah basah, dan telah diraih pahala, insya Allah.”
Hadis Selengkapnya
Hadis Selengkapnya
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, beliau mengatakan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا أَفْطَرَ قَالَ: «ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ… »
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila beliau berbuka, beliau membaca: “Dzahaba-zh Zama’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu…” (HR. Abu Daud 2357, Ad-Daruquthni dalam sunannya 2279, Al-Bazzar dalam Al-Musnad 5395, dan Al-Baihaqi dalam As-Shugra 1390. Hadis ini dinilai hasan oleh Al-Albani).
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا أَفْطَرَ قَالَ: «ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ… »
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila beliau berbuka, beliau membaca: “Dzahaba-zh Zama’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu…” (HR. Abu Daud 2357, Ad-Daruquthni dalam sunannya 2279, Al-Bazzar dalam Al-Musnad 5395, dan Al-Baihaqi dalam As-Shugra 1390. Hadis ini dinilai hasan oleh Al-Albani).
Doa Berbuka yang Tidak Benar
Terdapat satu doa berbuka yang tersebar di masyarakat, namun doa bersumber dari hadis yang lemah. Kita sering mendengar beberapa masyarakat membaca doa berbuka berikut:
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rezekika afthortu
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rezekika afthortu
“Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku berbuka.”
Status Sanad Hadis
Doa dengan redaksi ini diriwayatkan Abu Daud dalam Sunan-nya no. 2358 secara mursal (tidak ada perawi sahabat di atas tabi’in), dari Mu’adz bin Zuhrah. Sementara Mu’adz bin Zuhrah adalah seorang tabi’in, sehingga hadis ini mursal. Dalam ilmu hadis, hadis mursal merupakan hadis dhaif karena sanad yang terputus.
Doa di atas dinilai dhaif oleh Al-Albani, sebagaimana keterangan beliau di Dhaif Sunan Abu Daud 510 dan Irwaul Gholil, 4:38.
Hadis semacam ini juga dikeluarkan oleh Ath-Thobroni dari Anas bin Malik. Namun sanadnya terdapat perowi dhaif yaitu Daud bin Az-Zibriqon, di adalah seorang perowi matruk. Al-Hafidz ibnu Hajar mengatakan:
وَإِسْنَادُهُ ضَعِيفٌ فِيهِ دَاوُد بْنُ الزِّبْرِقَانِ ، وَهُوَ مَتْرُوكٌ
“Sanad hadis ini dhaif, karena di sana ada Daud bin Az-Zibriqon, dan dia perawi matruk.” (At-Talkhis Al-Habir, 3:54).
وَإِسْنَادُهُ ضَعِيفٌ فِيهِ دَاوُد بْنُ الزِّبْرِقَانِ ، وَهُوَ مَتْرُوكٌ
“Sanad hadis ini dhaif, karena di sana ada Daud bin Az-Zibriqon, dan dia perawi matruk.” (At-Talkhis Al-Habir, 3:54).
Ada juga yang ditambahi dengan lafadz:
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
Dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang paling welas asih
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
Dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang paling welas asih
Namun sekali lagi, tambahan ini juga tidak memiliki dasar dalam syariat. Karena itu, sebaiknya tidak dilantunkan sebagai doa berbuka.
Sebagai muslim yang baik, selayaknya kita cukupkan doa setelah berbuka dengan doa yang shahih ini, dan tidak memberi tambahan dengan redaksi yang lain.
ذَهَبَ الظَّمَـأُ، وابْــتَلَّتِ العُرُوقُ، وثَــبَتَ الأَجْرُ إِن شَاءَ اللهُ
Dzahaba-zh Zama’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu wa Tsabata-l Ajru, Insyaa Allah
ذَهَبَ الظَّمَـأُ، وابْــتَلَّتِ العُرُوقُ، وثَــبَتَ الأَجْرُ إِن شَاءَ اللهُ
Dzahaba-zh Zama’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu wa Tsabata-l Ajru, Insyaa Allah
Allahu a’lam
Diringakas dari:
+ Create Comment + 15 Responses so far.
wah di tipi pake doa allahuma lakasumtu.. ouh gitu ya,,sip makasih ilmunya aku apalin dulu doa ini hehe,,,selamat berbuka puasa
aduh jadi bingung gan...
terimakasih atas pencerahannya tentang doa berbuka puasa .. :)
selamat berpuasa ya sobatku
wah begitu yah sob :o
oke deh dipelajari dahulu
Sepengetahuan saya, selama tidak menjadi sandaran hukum.. sah2 saja, sekalipun tingkatannya doif... malah saya meragukan syeikh albani dalam mendoifkan hadits.
Untuk lebih tau siapa syekh albani, coba sobat kunjungi :
http://al-albani.blogspot.com/
@Dunia Islamsy mengoleksi bukunya syaikh Al bany mulai thn 2004 klo dihitung2 yg terkumpul ada 30 lbh buku.., cuma sayang ilang cz dirumah pernah dibuka perpustakaan gratis.. *smile
kang ismet pny buku Al bany gk?? *smile
klo meragukan takhrij hadits dr syaikh Al bany silahkan kang ismet Takrij sendiri hadits diatas,sy Tunggu... *smile
klo tdk bs mentakhrij berarti siapa meragukan kang Ismet atw syaikh Al bany? *smile
atw tolong lihat artikel sy disini (http://rohis-facebook.blogspot.com/search/label/Ilmu%20Hadits) klo ada kesalahan tolong dikoreksi ya..
klo mau menunjukkan situs yg membela dan situs yg membeci syaikh Al-bani sy pun bs..,
ini contoh situs dr ust. sy yg isix membela syaikh Al bani
dan msh ada bbrp situs lainnya.
http://abiubaidah.com/al-albani-dihujat.html/
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/06/kesalahan-besar-dari-buku-sifat-shalat.html
@Rohis Facebooksaya orang yang bodoh dalam masalah agama sob... tidak punya kitab satu biji pun.. :)
apalagi sampai harus mentakhrij hadits..
Kalaupun betul hadits ini tingkatanya doif, apakah mutlak tidak boleh berdo'a dengannya? bukankah kadang2 kita membuat do'a dengan bahasa sendiri?
Saya kira judul sobat terlalu mencolok kalau disebut do'a yang salah.... lebih bijak rasanya jawaban Ust. Ahmad Sarwat disini :
http://www.rumahfiqih.com/ust/e2.php?id=1160543611
baca saja alinea terakhir kaau malas baca :)
@Kang Ismetsy cukup kenal dgn Tulisan2x ust Ahmad Sarwat..cz diblog sy yg satu sy menukil pendapat2 beliau *smile
yg membedakan antara kang Ismet dgn Ust Ahmad Sarwat adalah Ust Ahmad Sarwad msh mengakui keilmuan Syaikh Albany, makax disitu ust Sarwat memuji kitab Albany, dgn mengatakan,
"silsilah hadits shahih karya Syaikh Nasiruddin Al-Albani yang fenomenal"
dan Ust sendri mengakui Ke-dhoifan hadits diatas cz emank yg melemahkan Hadits tersebut bukan hny Syaikh Albany tp ulama2 lain pun melemahkannya, seperti Ibnul-Mulaqqin, Ibnul-Qayyim, Ibnu Katsiir dll...
Kesimpulannya Ust. Ahmad Sarwad msh Menghargai syaikh Albany dan mengakui keilmuan beliau Tapi kang Ismet malah Meragukan bhkn Merendahkan/mencela Ke-Ilmuan Syaikh..., situs yg Kang Ismet berikan itu isinya mencela Syaikh Albany jd Secara Tidak Langsung Kang Ismet juga setuju ikut Merendahkan/mencela Syaikh Albany *smile
klo meragukan silahkan berikan masukan yg ilmiah tntunx dgn kaidah2 ilmu hadits, makax sy minta Kang Ismet buat Takhrij hadits sendiri *smile
klo berbicara tntng hukum mengamalkan hadits dhoif ini agak panjang bahasannya, ada yg melarangx scr mutlak, ada yg membolehkan dgn bbrp persyaratan dan ada pula yg menerimanya scr mutlak. ini semua masuk dalam Ranah Ijtihadiyyah.
jd tdk ada yg salah dgn judul diatas, yg dimaksd salah disitu cz emank selama ini Doa yg lbh Benar/Shohih adalah doa yg ini,
Dzahaba-zh Zama’u dst...
sy pribadi lbh memilih yg Valid/shohih drpd memilih yg tdk valid, bukankah doa dr Nabi itu yg terbaik drpd membuat2 doa sendiri..?, dan sy rasa semua org setuju. klo pun tdk tau yg doa yg valid/shohih silahkan gubah sendiri doax.., gk terlarang ko...
wallahu a'lam...
harap tdk diperpanjang lg, sy dan kang Ismet sedang Berpuasa :D
Makasih banyak mas untuk doa berbuka puasanya.
@Rohis FacebookKrena saya orang bodoh... ustad sarwat kan pinter...
kalau orang bodoh kaya saya, akan seenaknya kan mencap orang salah... :)
Kalau sobat PRO Albani... boleh dong SAYA kontra... wkwkkwwk..
nah.. tadi katanya ranah ijtihadiyah kalau.. ijtihadiyah itu, silahkan berpendaat selama ada dalil...
Kalau judul sobat jelas salah dan benar, berarti sudah menyalahkan... padahal jelas sobat udah bilang itu ranah ijtihadiyah..
@Rosianto Al Ghifarigk salah mas..! cz memang kita disunnahkah tuk perbanyak doa saat buka puasa, dan isi doax tergantung hajat masing2.
tapi terkhusus doa berbuka puasa, lebih baik/afdhol doa diatas.
insya Allah dgn membuka link sumber diatas sobat akan dpt pencerahan dan gk Ruwet, makasih... *smile
@Rohis Facebook
saya setuju dengan kang ismet kalau judul kang rohis itu menyalahkan do'a tersebut, dan saya jg setuju dengan ustadnya kang rosianto kalau do'a itu adalah meminta, jd tidak dapat disalahkan. :) trimakasih
@Software Engineeringsama2 sob :)
coba simak baik2 komen Rosianto lalu simak tanggapan sy atas komen
Rosianto., disitu sy Tidak Menyalahkan...! Paham?
sebaikx sobat tdk 'berbunyi' sebelum di simak dgn baik *smile
silahkan sobat menuju ke link sumber aslix, diatas sdh sy cantumkan,insya Allah sobat akan dpt pencerahan disana...
salah cz hadits diatas tdk masuk dlm kategori hadits shohih, penggunaan kata 'salah' diatas sdh tepat scr susunan kalimat, contoh simplex gini,
mislx ada diskusi tntng keshohihan suatu hadits, otomatis pasti ada yg namax saling koreksi mengoreksi..,
si A berpendapat hadits diatas sdh 'benar' adalah hadits shohih..
si b mengoreksi pendapat si A, dgn mengatakan, pendapat si A 'salah' cz shrusx hadits diatas tdk shohih
perhatikan kata 'salah' diatas, apakah salah penggunaannya?? *smile
lalu hrs dipahami bhw tdk ada yg salah dengan org yg berdoa, silahkan susun sendiri isi doa menurut keinginan masing2.., diatas sdh sy jelaskan..
jd yg 'salah' yg dimaksud diatas adalah Hadits diatas tdk benar/'salah' cz tdk masuk kategori hadits shohih..
Wallahu a'lam...
aha,. banyak kepala bnyak pendapat,yg terkadang mustahil untuk dipersatukn. masalah bisa jadi dr salah kata/salah slh memahami kta tsb. skrng mari menuju persatuan bahwa yg "salah" jika tidak berdo'a saat berbuka, dan yg "benar" berdo'a kpd Allah ketika berbuka. & semoga puasa kita berkah amin.
@warisman MUHAMMADmakasih atas pendapatx mas.., salam ukhuwah *smile