Tobat sebelum Telat! |
TASIKMALAYA (SALAM-ONLINE): Sebanyak 36 penganut Ahmadiyah asal Desa Kutawaringin, Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, masuk Islam.
Pengucapan dua kalimat syahadat digelar secara massal di Masjid Agung Setda Kabupaten Tasikmalaya, dipimpin langsung Kepala Kementerian Agama Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (17/1/2013).
Puluhan jemaah yang masuk Islam itu sebagian dari penganut Ahmadiyah di Kecamatan Salawu, yang totalnya mencapai sekitar tiga ribu warga.
Wilayah Salawu merupakan basis penganut Ahmadiyah di Tasikmalaya. Beberapa warga Ahmadiyah yang masuk Islam di wilayah itu mengaku kerap mendapatkan ancaman dari penganut Ahmadiyah lainnya.
Reni Rahmawati (26), salah seorang penganut Ahmadiyah yang telah masuk Islam, mengaku masuk Islam setelah mengikuti orang tuanya. Ia menjadi penganut Ahmadiyah setelah dikenalkan kedua orang tuanya sejak kecil. Pasalnya, di kampung halamannya hampir 90 persen penganut ajaran Ahmadiyah.
Rani mengatakan, ia memeluk Islam murni atas keinginan sendiri. Ia bersaksi, jemaah Ahmadiyah sudah menyimpang. Dia mengaku menganut Ahmadiyah karena orang tuanya juga penganut Ahmadiyah. “Niat shalat berbeda. Selain itu, bacaan shalatnya juga beda, ada yang ditambahi,” ungkapnya.
Bersama Rani, kedua orangtuanya juga memeluk Islam. “Ini juga sama-sama mengucapkan syahadat dan masuk Islam di masjid ini,” terang perempuan berkerudung itu, Kamis (17/1/2013) siang.
Ia mengaku, penganut Ahmadiyah yang insaf di kampungnya kerap mendapatkan intervensi sampai ancaman dari warga Ahmadiyah lainnya. “Beruntung saya rumahnya bukan di wilayah padat pemukiman. Penganut Ahmadiyah memang sudah turun temurun kalau di Salawu mah,” katanya.
Ustadz Wahyu, pengurus salah satu ormas Islam di Tasikmalaya membenarkan sering munculnya intervensi bagi penganut Ahmadiyah di Salawu yang masuk Islam. Malah, ada rumah warga Ahmadiyah yang masuk Islam, sampai dirusak.
“Pernah warga yang keluar Ahmadiyah sampai dilempari batu,” kata Wahyu yang juga masih warga Salawu.
Sementara itu, Kepala Kementerian Agama Kabupaten Tasikmalaya H Dadang R menyatakan, selama ini pihaknya telah melakukan beberapa pendekatan kepada jemaah Ahmadiyah di Salawu. Salah satunya upaya pembangunan sekolah formal di wilayah itu.
Tujuannya untuk mengakomodasi kebutuhan pendidikan bagi warga Salawu non-Ahmadiyah. “Soalnya selama ini di daerah Kutawaringin, Salawu, adanya hanya sekolah yang dikelola jemaah Ahmadiyah. Jadi, nanti kita akan siapkan sekolah bagi warga setempat yang non-Ahmadiyah. Sekolah Ahmadiyah itu tak terdaftar di Kemenag,” ujar Dadang.
“Alhamdulillah, Kementerian sangat menghargai pengucapan ikrar dua kalimat syahadat oleh jemaah Ahmadiyah,” kata Dadang. Dia berharap jemaah Ahmadiyah yang telah masuk Islam tetap istiqamah dan mengamalkan ajaran Islam. Selain itu, bisa menjadi teladan bagi penganut Ahmadiyah yang belul memeluk Islam.
Dadang mengatakan, ada peran organisasi masyarakat dalam mendorong kembalinya jemaah Ahmadiyah ke Islam. “Yang masuk Islam sudah 400 orang, dari total 3.000-an penganut Ahmadiyah.”
Di tempat yang sama, anggota Dewan Kehormatan FPI Tasikmalaya Muhammad Sofyan Anshori mengatakan, FPI akan membina mantan anggota Ahmadiyah dengan memberikan pelatihan di bidang peternakan, perikanan, dan pertanian.
“Kami dan Kementerian Agama akan memperhatikan kondisi ekonominya. Kami akan aktifkan Inkasa (Ikatan Mantan Korban Aliran Sesat Ahmadiyah),” Sofyan menjelaskan.
Sofyan menambahkan, ajakan agar pengikut Ahmadiyah memeluk Islam dilakukan dengan pendekatan dakwah, konsultasi, dan diskusi di rumah jemaah. “Konsultasi dilakukan dengan cara santai. Kebetulan saya suka dakwah di sana (Kutawaringin). Alhamdulillah mereka tergugah,” kata dia. (kompas/tempo/salam-online)
Sumber:
Disimak Juga,
Fatwa MUI Tentang Kesesatan Ahmadiyah
Fatwa MUI Tentang Kesesatan Ahmadiyah