mii.fmipa.ugm.ac.id |
7. Pengamalan para imam salafush shalih, setelah para shahabat
Dan ini pun diikuti oleh imam-imam setelah mereka.
dari Humaid bin ‘Abdirrahmaan, ia berkata :
“Menjawab dengan jawaban tidak tahu, itu lebih aku sukai daripada
harus memaksakan diri menjawab sesuatu yang tidak aku ketahui” [Diriwayatkan oleh Ad-Daarimiy no. 149 – sanadnya jayyid; blog abul jauzaa']
dari Ibnu Siiriin, ia berkata:
“Aku tidak peduli, aku ditanya tentang sesuatu yang aku ketahui atau
yang tidak aku ketahui. Jika aku ditanya tentang sesuatu yang aku
ketahui, maka akan aku katakan apa-apa yang aku ketahui. Namun jika aku
ditanya tentang sesuatu yang tidak aku ketahui, maka akan aku katakan :
‘Aku tidak tahu’” [Diriwayatkan oleh Ad-Daarimiy no. 189 – sanadnya shahih].
‘Abdul-Malik bin Abi Sulaimaan, ia berkata:
Sa’iid bin Jubair pernah
ditanya tentang satu permasalahan, lalu ia menjawab : “Aku tidak tahu”.
Kemudian ia melanjutkan : “Sungguh celaka orang yang mengatakan sesuatu
yang tidak ia ketahui: ‘Sesungguhnya aku mengetahuinya’” [Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abdil-Barr dalam Jaami’ Bayaanil-‘Ilmi wa
Fadhlih no. 1568, tahqiq : Abul-Asybaal Az-Zuhairiy; Daar Ibnil-Jauziy,
Cet. 1/1414 – sanadnya hasan; blog abul jauzaa].
Imam Asy-Sya’by pernah ditanya tentang sesuatu, beliau menjawab:
“Saya tidak tahu”.
Tapi beliau malah ditanya lagi:
“Apakah engkau tidak
malu mengucapkan tidak tahu, sedangkan engkau seorang ahli fiqih di Iraq
?”. Asy-Sya’by menjawab: “Tetapi Malaikat tidak malu untuk berkata:
سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ‘Maha Suci Engkau,
tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang engkau ajarkan kepada
kami’ “.
Ibnu Wahb berkata:
“Saya mendengar Imam Malik sering berkata ‘saya
tidak tahu’, seandainya kami menulis ucapannya itu pasti akan memenuhi
lembaran yang banyak.”
Dari Al Haitsam bin Jamil, beliau berkata:
“Aku menyaksikan Malik bin Anas (yakni IMAM MALIK -abu zuhriy)
ditanya 48 masalah, maka beliau menjawab 32 pertanyaan di antaranya
dengan: Aku tidak tahu.”
(Adabul Muftii wal Mustaftii halaman 79.)
‘Abdurrahman bin Mahdiy berkata:
Kami pernah berada di sisi Maalik bin Anas. Lalu datanglah seorang
laki-laki dan berkata kepadanya : “Wahai Abu ‘Abdillah, aku mendatangimu
dari daerah yang berjarak enam bulan perjalanan. Penduduk negeriku
telah menitipkan satu permasalahan kepadaku untuk aku tanyakan
kepadamu”.
Maalik berkata:
“Bertanyalah”. Laki-laki itu pun bertanya tentang
permasalahannya”. Maalik berkata : “Aku tidak dapat menjawabnya”.
Laki-laki itu bingung/tercengang karena ia beranggapan telah menemui
orang yang mengetahui segala sesuatu. Ia berkata : “Apa yang harus aku
katakan kepada penduduk negeriku apabila aku kembali kepada mereka nanti
?”. Maalik menjawab : “Katakan saja pada mereka bahwa Maalik tidak bisa
menjawab pertanyaan mereka” [Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abdil-Barr dalam Jaami Bayaanil-‘Ilmi wa Fadhlih no. 1573 – sanadnya shahih; blog abuljauzaa'].
Ibnu Wahb, ia berkata:
Maalik pernah berkata kepadaku – dan ia
mengingkari banyaknya jawaban terhadap pertanyaan (yang diajukan) – :
“Wahai ‘Abdullah, apa-apa yang engkau ketahui, maka katakanlah dan
tunjukkanlah hal itu. Adapun yang tidak engkau ketahui, maka diamlah
darinya. Janganlah engkau mengikuti manusia seperti qiladatu sau’” [Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abdil-Barr Jaami Bayaanil-‘Ilmi wa Fadhlih no. 2080 – sanadnya shahih; blog abul jauzaa'].
Imam Maalik berkata:
“Sepatutnya bagi seorang ‘aalim (ulama) untuk mengatakan kepada
teman-temannya : ‘aku tidak tahu’; sehingga hal itu menjadi asal dan
penolong bagi mereka saat ia ditanya permasalahan yang tidak diketahui,
lalu ia akan menjawab : ‘aku tidak tahu’” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Al-Madkhal 2/271 no. 809, tahqiq
: Prof. Muhammad Dliyaaur-rahman Al-A’dhamiy; Adlwaaus-Salaf, Cet.
2/1420 – sanadnya shahih; blog abul jauzaa'].
Demikian pula al-Imaam al-Bukhåriy, beliau berkata dalam kitab shåhihnya:
باب : العلم قبل و العمل
“Baab: Al ‘Ilmu Qoblal Qouli Wal ‘Amali (Ilmu Sebelum Berkata dan Berbuat)”.
Perkataan beliau ini beliau sandarkan kepada firman Allah ta’ala:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ
“Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu” (QS. Muhammad [47]: 19).
Ibnul Munir rahimahullah berkata,
“Yang dimaksudkan oleh Al Bukhari bahwa ilmu adalah syarat diterima benarnya suatu perkataan dan perbuatan. Suatu perkataan dan perbuatan itu tidak teranggap kecuali dengan ilmu terlebih dahulu. Oleh sebab itulah, ilmu didahulukan dari ucapan dan perbuatan, karena
ilmu itu pelurus niat. Niat nantinya yang akan memperbaiki amalan.” (Fathul Bari, 1/108)
Sufyan ats-Tsauriy berkata:
“Ibadah yang pertama kali adalah diam, kemudian menuntut ilmu,
(setelah mendapatkan ilmu, maka kita) mengamalkannya, menghafalnya dan
menyampaikannya.” [Raudhat al-‘Uqala’ wa nazhat l-Fudlala’, Ibnu Hibban hal. 43]
Ada nasehat yang sangat berharga dari Abu Dziyal:
“Belajarlah mengucapkan ‘saya tidak tahu’, jangan kamu belajar
mengucapkan ‘saya tahu’. Karena, jika kamu mengatakan ‘saya tidak tahu’,
kamu akan diajarkan sampai kamu tahu. Tapi,kalau kamu mengatakan ‘saya
tahu’, kamu akan terus ditanyai sampai akhirnya kamu mengucapkan ‘tidak
tahu’ “.
Sumber:
http://abuzuhriy.com
Bersambung ke: Jangan Malu Berkata: Aku Tidak Tahu. Bagian 4 (Kesimpulan)
Posting Komentar
Terima Kasih banyak atas saran dan kritiknya.
Sama seperti peraturan yang dibuat oleh para blogger pada umumnya.., cuma disini saya harapkan agar para pengunjung untuk lebih fokus pada artikel kami yang bertemakan Agama (Islam), khususnya untuk saudara-saudari kami yang Muslim dan Muslimah.
0. Yang OOT silahkan masuk ke menu Buku Tamu/Blogwalking!
1. Komentar yang berbau JUDI/TOGEL, Porno tidak akan di Moderasi!
2. Komentar yang berbau JUDI/TOGEL, Porno tidak akan di Moderasi!
3. Harus Sopan
4. Admin tidak meladeni Debat kusir
5. Bercanda gk boleh ada unsur pornonya dan unsur Bohongnya
6. Silahkan melampirkan link Mati, gk boleh link hidup