Home » » MIUMI: Miss World Sama Dengan Tragedi Kemanusiaan di Mesir dan Suriah

MIUMI: Miss World Sama Dengan Tragedi Kemanusiaan di Mesir dan Suriah



Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Ustadz Bachtiar Nasir, Lc menyatakan bahwa kepedulian terhadap solidaritas Mesir, Suriah, dan penolakan Miss World sama pentingnya. Pasalnya, kedua acara tersebut mencederai sisi kemanusiaan yang sama.

“Bagi kami meski persoalan Miss World tidak berdarah-darah seperti di Mesir dan Suriah, Miss World tetap tragedi kemanusiaan,” Katanya kepada wartawan dalam acara Silaturahim MIUMI dengan Ormas Perempuan, di Arrahman Qur’anic Learning (AQL) Center, Tebet, Jakarta Selatan, Senin sore (3/9/2013).

Bachtiar menilai, Miss World merupakan penghancuran peradaban manusia yang tidak berbeda dengan bencana kemanusiaan seperti yang terjadi di luar Indonesia. Sehingga, MIUMI tetap concern melakukan penolakan kontes kecantikan tersebut.

“Kami tidak membeda-bedakan antara peristiwa berdarah di Mesir dan Suriah yang berada diluar Indonesia dengan persoalan Miss World karena hakikatnya sama, dua-duanya penghancuran kemanusiaan yang kami berada tinggal di dalamnya,” tegasnya.

Miss World menurut Bachtiar, pada tataran konsepnya sejak awal sudah bermasalah karena mengeksploitasi fisik wanita untuk kepentingan kapitalis serta memposisikan kehebatan wanita hanya dari sisi fisiknya saja. Di mana hal tersebut bertentangan dengan Islam.

“Secara visiologis, konsepnya sudah salah hanya menjadikan perempuan komoditas ekonomi, sedangkan Islam menilai kemuliaan perempuan dari sisi ketaqwaannya,” ujarnya.

Salah satu dalilnya menurut Bachtiar ada pada ayat qur’an yang berbunyi inna akramakum indallahi atqaqum,: ” Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian yang pantas ,menjadi pemenang adalah yang paling murni tauhidnya dan paling banyak beramal sholih,”.

“Itulah orang-orang taqwa, sedangkan Miss world hanya menilai dari sisi fisiknya saja. Kalaupun, ada sisi brain dan behavior hanyalah pelengkap,” tuturnya.

Bachtiar menjelaskan upaya membangun peradaban harus diwujudkan dalam kepedulian sosial seperti menolak kontes kecantikan Miss World ini. Sebab, peradaban bangsa tidak dapat diwujudkan jika manusia bersikap egois. Di mana kita membiarkan orang lain mengikuti ajang kontes maksiat dengan alasan itu hak dia yang memilih untuk mengikuti kegiatan tersebut.

“Jika di dalam Islam ini di sebut amar ma’ruf nahi munkar, sedangkan sebuah bangsa hanya dapat baik jika ada amar ma’ruf nahi munkar, apalagi Miss World bertentangan dengan etika ketimuran dan budaya bangsa kita, tandasnya.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Rohis Facebook