Home » » FIQIH DAKWAH -cermin salaf-

FIQIH DAKWAH -cermin salaf-

Suatu hari seseorang pernah bersin di sisi Abdullah bin Mubaarak, orang itu tidak mengucapkan Hamdalah.

Lalu Ibnul Mubaarak menoleh kepadanya dan bertanya, "Apa yang seharusnya diucapkan seseorang ketika bersin..?

Orang tadi menjawab, "Alhamdulillah"
Ibnul Mubaarakpun berkata: "Yarhamukallah"
(Al-Hilyah)

Catatan:
Da'i itu seperti dokter, menyembuhkan, bukan menyakiti.

Seperti seorang dokter yang pandai menakar dosis obat, begitu juga seorang da'i, dia harus cerdas dalam menakar nasehat yang akan disampaikan. Mencari cara agar nasehat yang disampaikan tepat sasaran dan tidak melukai orang lain.
Yaah... Walau terkadang, selembut-lembutnya untaian nasehat tetap saja dianggap sebagai tikaman bagi orang lain. Namun sepahit apapun obat, tetap harus di telan.

Seorang pemuda pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina!”

Segera saja oang-orang mendatanginya lalu menghardiknya, “Diam kamu! Diam!”
Tapi Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- berkata, “Mendekatlah.”
Pemuda itu pun mendekat lalu duduk di hadapan Nabi -shallallahu alaihi wasallam-.

Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bertanya, “Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain?”
“Tidak demi Allah wahai Rasul,” sahut pemuda itu.

“Begitu pula orang lain, mereka tidak rela kalau ibu mereka dizinai.”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Relakah engkau jika putrimu dizinai orang?”
“Tidak demi Allah wahai Rasul!” pemuda itu kembali menjawab.
“Begitu pula orang lain, mereka tidak rela jika putri mereka dizinai.”
“Relakah engkau jika saudari kandungmu dizinai?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!”
“Begitu pula orang lain, tidak rela jika saudara perempuan mereka dizinai.”
“Relakah engkau jika bibi – dari jalur bapakmu – dizinai?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!”
“Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai.”
“Relakah engkau jika bibi – dari jalur ibumu – dizinai?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!”
“Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai.”
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut sembari berkata,
"اللهم اغفر ذنبه وطهر قلبه، وحَصِّنْ فرْجَه"
“Ya Allah, ampunilah kekhilafannya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.”

Setelah kejadian tersebut, tidak ada yang lebih di benci pemuda itu melebihi zina.
(HR. Ahmad: 22211)

Sahabat....
Bukankah zina merupakan dosa besar..?

Tapi coba perhatikan cara Rasulullah dalam memperbaiki kesalahan pemuda tadi, kemudian bandingkan dengan sikap sebagian orang di zaman ini bila dihadapkan dengan kasus yang sama.
Terkadang dalam mengingkari suatu kesalahan, sebagian kita lebih sering bertindak layaknya seorang hakim ketimbang dokter.

Lebih suka memvonis ketimbang mengobati.
Kalau begitu kita harus belajar lagi...
______________
Madinah 15/03/1436 H
ACT El-Gharantaly

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Rohis Facebook

+ Create Comment + 2 Responses so far.

9 Januari 2016 pukul 19.22

Mantef nihh artikelnya..hahahyyy..apa kabar Bang Rohis?

27 Januari 2016 pukul 06.56

@Icah BanjarmasinAlhamdulillah kabar baik! :D

Posting Komentar

Terima Kasih banyak atas saran dan kritiknya.

Sama seperti peraturan yang dibuat oleh para blogger pada umumnya.., cuma disini saya harapkan agar para pengunjung untuk lebih fokus pada artikel kami yang bertemakan Agama (Islam), khususnya untuk saudara-saudari kami yang Muslim dan Muslimah.

0. Yang OOT silahkan masuk ke menu Buku Tamu/Blogwalking!
1. Komentar yang berbau JUDI/TOGEL, Porno tidak akan di Moderasi!
2. Komentar yang berbau JUDI/TOGEL, Porno tidak akan di Moderasi!
3. Harus Sopan
4. Admin tidak meladeni Debat kusir
5. Bercanda gk boleh ada unsur pornonya dan unsur Bohongnya
6. Silahkan melampirkan link Mati, gk boleh link hidup